Pages

Wednesday 3 May 2017

Dalil Kesucian Allah Dari Tempat Dan Arah Dalam Hadits



      Ketahuilah, bahwa terdapat banyak hadits Rasulullah dalam menjelaskan kesucian Allah dari tempat dan arah yang itu semua dijadikan dalil oleh para ulama kita dalam menetepakan kebenaran akidah Ahlussunnah tersebut. Berikut ini beberapa diantaranya kita sebutkan: ﴾﴾ 1 ﴿ ﴿ Rasulullah bersabda: "ﻛﺎن اﷲ وﱂ ﻳﻜﻦ ﺷﻰءٌ ﻏﲑﻩ "رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري واﻟﺒﻴﻬﻘﻲ “Allah ada tanpa permulaan dan tidak ada sesuatu apapun selain-Nya” (HR. al-Bukhari danal-Bayhaqi)39
Pemahaman hadits ini bahwa Allah ada Azali (tanpa permulaan), pada azal tidak ada sesuatu apapun bersama-Nya, tidak ada air, tidak ada udara, tidak ada bumi, tidak ada langit, tidak ada kursi, tidak ada arsy, tidak ada manusia, tidak ada jin, tidak ada malaikat, tidak ada waktu dan tidak ada tempat. Allah ada sebelum Dia menciptakan tempat dan arah. Allah yang telah menciptakan tempat dan arah; maka Allah tidak membutuhkan kepada keduanya. Allah tidak disifati dengan berubah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain karena perubahan tanda makhluk. Tidak boleh diyakini seperti keyakinan sesat kaum Musyabbihah yang mengatakan; Allah ada ada pada azal (tanpa permulaan) dan belum ada tempat, kemudian setelah Allah menciptakan tempat maka Dia berubah menjadi berada pada tempat dan arah yang merupakan ciptaan-Nya tersebut. Na’ûdzu billâh. Sungguh kata-kata yang baik dan benar orang-orang Islam ahli tauhid dalam doa mereka terkadang mengungkapkan: “Subhânalladzi Yughayyir Wa Lâ Yataghayyar” (Maha Suci Allah yang merubah keadaan para makhluk-Nya sementara Dia Allah Dzat yang tidak berubah). Ini adalah ungkapan yang sangat baik menurut Ahlussunnah, sementara menurut kaum Musyabbihah Mujassimah; mereka yang mengaku-aku sebagai pengikut Salaf saleh ini adalahkalimat yang sangat buruk oleh karena menyalahi akidah tasybîh mereka.
39 Shahih al-Bukhari; Kitab Bad’i al-Khalq.
Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat &Tanpa Arah
38
﴾﴾ 2 ﴿ ﴿
Rasulullah bersabda: "اﻟﻠّﻬّﻢ أﻧ َﺖ اﻷّوُل ﻓَﻠﻴ َﺲ ﻗَﺒﻠَ َﻚ َﺷﻰءٌ،وأﻧْ َﺖ اﻟﺒَﺎِﻃُﻦ ﻓﻠَﻴ َﺲ ُدوﻧََﻚ َﺷﻰءٌ، وأﻧْ َﺖ اﻟﻈّﺎِﻫُﺮ ﻓَـﻠَْﻴ َﺲ ﻓَـْﻮﻗَ َﻚ َﺷﻰ ءٌَوأﻧْ َﺖ اﻟْﺒَﺎِﻃُﻦ ﻓَـﻠَْﻴ َﺲ ُدْوﻧََﻚ َﺷﻰ ءٌ) "َرَواﻩ ُُﻣﺴﻠﻢَوﻏﻴـُﺮﻩ( Maknanya: “Ya Allah Engkau al-Awwal (tidak bermula) maka tidak ada sesuatu apapun sebelum-Mu, Engkau al-Âkhir (tidak punah) maka tidak ada sesuatu apapun sesudah-Mu, Engkau azh-Zhâhir (yang segala sesuatu merupakan tanda-tanda bagi keberadaan-Nya) maka tidak ada sesuatu apapun di atas-Mu, dan Engkau al-Bâthin (yang tidak dapat diraih oleh akal pikiran) maka tidak ada sesuatu apapun di bawahmu”. (HR Muslim dan lainnya)40 Al-HâfizhAbu Bakr al-Bayhaqiasy-Syâfi’ial-Asy’ariberkata: "اﺳﺘﺪل ﺑﻌﺾ أﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﰲ ﻧﻔﻲ اﳌﻜﺎن ﻋﻨﻪ ـ أي ﻋﻦ اﷲ ـ ﺑﻘﻮل اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ" :أﻧﺖ اﻟﻈﺎﻫﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﻓﻮﻗﻚ ﺷﻰء، وأﻧﺖ اﻟﺒﺎﻃﻦ ﻓﻠﻴﺲ دوﻧﻚ ﺷﻰء"، وإذا ﱂ ﻳﻜﻦ ﻓﻮﻗﻪ ﺷﻰء وﻻ دوﻧﻪ ﺷﻰء ﱂ ﻳﻜﻦ ﰲ ﻣﻜﺎن" “Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda Rasulullah: "أﻧْ َﺖ اﻟﻈّﺎِﻫُﺮ ﻓَـﻠَْﻴ َﺲ ﻓَـْﻮﻗَ َﻚ َﺷﻰء ٌَوأﻧْ َﺖ اﻟْﺒَﺎِﻃُﻦ ﻓَـﻠَْﻴ َﺲ ُدْوﻧََﻚ َﺷﻰ ءٌ) "َرَواﻩ ُُﻣﺴﻠﻢَوﻏﻴـُﺮﻩ( Engkau azh-Zhâhir (yang segala sesuatu merupakan tanda-tanda bagi keberadaan-Nya) maka tidak ada sesuatu apapun di atas-Mu, dan Engkau al-Bâthin (yang tidak dapat diraih oleh akal pikiran) maka tidak ada sesuatu apapun di bawahmu”. (HR Muslim dan lainnya). Jika tidak ada sesuatu apapun di atas-Nya dan tidak ada sesuatu apapun di bawah-Nya maka berarti Dia ada tanpa tempat”41.
Adapun hadits yang diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: "ﻟﻮ أﻧﻜﻢ َدﻟﱠْﻴﺘُﻢ رُﺟﻼً ﲝﺒٍﻞ إﱃ اﻷرض اﻟﺴﻔﻠﻰ ﳍﺒﻂ ﻋﻠﻰ اﷲ "رواﻩ اﻟﱰﻣﺬي Makna harfiah hadits ini tidak boleh kita ambil, mengatakan: “Seandainya kalian menjulurkan seseorang yang terikat dengan tali ke arah bumi paling bawah maka pastilah ia jatuh atas Allah”. (HR. at-Tirmidzi)42
Ini adalah hadits lemah. Namun demikian hadits ini oleh sebagian ulama ditakwil, yaitu dalam pengertian bahwa Allah mengetahui segala sesuatu dari penjuru bumi ini dari berbagai
40 Shahih Muslim; Kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a wa at-Tawbah wa al-Istighfar. 41 Al-Asma’ Wa ash-Shifat; Bab Ma Ja’a Fi al-‘Arsy Wa al-Kursiy, h. 400 42 Sunan at-Tirmidzi, Kitab at-Tafsir; Shurah al-Hadid.
Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat &Tanpa Arah
39
arahnya, adapun Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Justru hadits ini sebagai bukti sebagaimana yang dipahami oleh para ulama bahwa Allah tidak diliputi oleh tempat dan arah. Al-HâfizhIbn Hajar al Asqalani berkata: "ﻣﻌﻨﺎﻩ أن ﻋﻠﻢ اﷲ ﻳﺸﻤﻞ ﲨﻴﻊ اﻷﻗﻄﺎر، ﻓﺎﻟﺘﻘﺪﻳﺮ ﳍﺒﻂ ﻋﻠﻰ ﻋﻠﻢ اﷲ، واﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ وﺗﻌﺎﱃ ﺗﻨﺰﻩ ﻋﻦ اﳊﻠﻮل ﰲ اﻷﻣﺎﻛﻦ، ﻓﺎﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ وﺗﻌﺎﱃ ﻛﺎن ﻗﺒﻞ أن ﲢﺪث اﻷﻣﺎﻛﻦ "اﻫـ، ﻧﻘﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺗﻠﻤﻴﺬﻩ اﳊﺎﻓﻆ اﻟﺴﺨﺎوي ﰲ ﻛﺘﺎﺑﻪ "اﳌﻘﺎﺻﺪ اﳊﺴﻨﺔ"، وذﻛﺮﻩ أﻳًﻀﺎ اﳊﺎﻓﻆ اﶈﱢﺪث اﳌﺆرخ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻃﻮﻟﻮن اﳊﻨﻔﻲ وأﻗﱠﺮﻩ ﻋﻠﻴﻪ “Makna hadits ini adalah bahwa Allah mengetahui segala penjuru bumi ini. Pemahaman redaksi “Lahabatha ‘Alâ Allâh” adalah “Lahabatha ‘Alâ ‘Ilm Allâh”; (artinya sejauh apapun seseorang diasingkan maka tetap Allah mengetahui keadaannya). Adapun Allah maha suci dari berada pada tempat dan arah. Allah maha ada sebelum Dia menciptakan tempat dan arah tanpa tempat dan arah. (Perkataan Ibn Hajar ini dikutip oleh muridnya sendiri; yaitual-Hâfizhas Sakhawi dalam kitab al-Maqâshid al-Hasanah43. Juga dikutip oleh al-Hâfizh al-Muhaddits al-Mu’arrikhMuhammad ibn Thulun al-Hanafi, dan disetujuinya)44.
Al-Hâfizh al-Muhaddits Abu Bakr al-Bayhaqi setelah mengutip hadits ini menuliskan sebagai berikut: "واﻟﺬي ُروَي ﰲ ءاﺧﺮ ﻫﺬا اﳊﺪﻳﺚ إﺷﺎرةٌ إﱃ ﻧﻔﻲ اﳌﻜﺎن ﻋﻦ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ، وأن اﻟﻌﺒﺪ أﻳﻨﻤﺎ ﻛﺎن ﻓﻬﻮ ﰲ اﻟﻘﺮب واﻟﺒﻌﺪ ﻣﻦ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﺳﻮاء، وأﻧﻪ "اﻟﻈﺎﻫﺮ "ﻓﻴﺼﺢ إدراﻛﻪ ﺑﺎﻷدﻟﺔ، "اﻟﺒﺎﻃﻦ "ﻓﻼ ﻳﺼﺢ إدراﻛﻪ ﺑﺎﻟﻜﻮن ﰲ ﻣﻜﺎن" “Redaksi yang diriwayatkan dalam akhir hadits ini adalah sebagai isyarat kepada penafian tempat dan arah dari Allah. Sesungguhnya jarak “jauh” atau “dekat” bagi seorang hamba semua itu bagi Allah sama saja (artinya bahwa Allah tidak terikat jarak dan arah). Dia Allah azh-Zhâhir (yang segala sesuatu merupakan tanda-tanda bagi keberadaan-Nya) dengan demikian tanda-tanda keberadaan Allah dapat kita raih dengan adanya bukti-bukti, lalu Dia Allah al-Bâthin (yang tidak dapat diraih oleh akal pikiran) dengan demikian tidak benar (tidak diterima oleh akal sehat) jika disimpulkan bahwa Allah berada pada tempat dan arah”45.
Demikian pula Abu Bakr ibn al-Arabi al-Maliki dalam Syarh Sunan at-Tirmidzi menjadikan hadits ini sebagai bukti bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, beliau menuliskan sebagai berikut:
43 Al-Maqashidal-Hasanah, nomor. 86, h. 342 44 Asy-Syadzarah Fi al-Ahadits al-Musytahirah,j. 2, h. 72 45 Al-Asma’ Wa ash-Shifat; Bab Ma Ja’a Fi al-‘Arsy Wa al-Kursiy, h. 400
Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat &Tanpa Arah
40
"واﳌﻘﺼﻮد ﻣﻦ اﳋﱪ أن ﻧﺴﺒﺔ اﻟﺒﺎرىء ﻣﻦ اﳉﻬﺎت إﱃ ﻓﻮق ﻛﻨﺴﺒﺘﻪ إﱃ ﲢﺖ، إذ ﻻ ﻳﻨﺴﺐ إﱃ اﻟﻜﻮن ﰲ واﺣﺪة ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺑﺬاﺗﻪ" “Yang dimaksud dari hadits ini adalah bahwa menyandaran arah bagi Allah itu sama saja (tidak menjadikan satu atas lainnya lebih istimewa), penyandaran kata “atas” bagi Allah tidak berbeda dengan penyandaran kata “bawah” bagi-Nya, oleh karena Dzat Allah tidak terikat oleh salah satu dari dua arah tersebut (Artinya Dzat Allah ada tanpa tempat)”46.
Perhatikan, tulisan Abu Bakr ibn al-Arabi di atas memberikan pemahaman yang sangat jelas bahwa Allah tidak bertempat di arsy seperti keyakinan sesat kaum Musyabbihah Mujassimah, dan juga tidak bertempat di arah bawah. Allah ada sebelum Dia menciptakan arah yang enam (atas, bawah, depan, belakang, samping kanan, dan samping kiri). Dengan demikian Allah tidak berada di dalam sesuatu, dan tidak menyerupai segala sesutau. Sungguh Allah maha suci dari perkataan orang-orang kafir dengan kesucian yang agung. ﴾﴾ 3 ﴿ ﴿ Hadits shahih dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: "أﻗﺮُب ﻣﺎ ﻳﻜﻮُن اﻟﻌﺒُﺪ ِﻣﻦ رﺑّﻪ وﻫﻮ ﺳﺎﺟﺪ، ﻓﺄﻛﺜﺮوا اﻟﱡﺪﻋﺎء" Makna harfiahnya: “Keadaan paling dekatnya seorang hamba kepada Tuhan-nya adalah saat dia sujud, maka perbanyaklah doa (saat sujud)”. (HR. Muslim)47.
Al-Hâfizh Jalaluddin as-Suyuthi asy-Syâfi’i berkata: “Al-Badr ash-Shahib dalam kitab Tadzkirah-nya berkata: Dalam hadits ini terdapat isyarat dalam menafikan arah dari Allah”48. ﴾﴾ 4 ﴿ ﴿ Hadits shahih dari sahabat Abdullah ibn Abbas bahwa Rasulullah bersabda: "ﻣﺎ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﻌﺒٍﺪ أن ﻳﻘﻮل :إﱐ ﺧﲑٌ ﻣﻦ ﻳﻮﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﱠﱴ  "اﻫـ .واﻟﻠﻔﻆ ﻟﻠﺒﺨﺎري “Tidak sepantasnya bagi seseorang untuk berkata: “Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) lebih baik dari Yunus ibn Matta” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Hadits ini adalah redaksial-Imâmal-Bukhari49.
46 ‘Aridlah al-Ahwadzi; Kitab at-Tafsir, Surah al-Hadid,j. 12, h. 184 47 Shahih Muslim, Kitab as Shalat, Bab Ma Yuqalu Fi ar Ruku’ wa as Sujud. 48 Syarh as Suyuthi Li Sunan an Nasa’i, j. 1, h. 576 49 Shahih al-Bukhari, Kitab Ahadits al Anbiya’. Shahih Muslim; Kitab al Fadla’il; Bab Fi Zhikr Yunus ‘Alayhi as Salam.
Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat &Tanpa Arah
41
Al-Hâfizh al-Muhaddits al-Faqîh al-Hanafi Murtadla az-Zabidi menuliskan sebagai berikut: "ذَﻛﺮ اﻹﻣﺎم ﻗﺎﺿﻲ اﻟﻘﻀﺎة ﻧﺎﺻﺮ اﻟﺪﻳﻦ ﺑﻦ اﳌُﻨَـﱢﲑ اﻹﺳﻜﻨﺪري اﳌﺎﻟﻜﻲ ﰲ ﻛﺘﺎﺑﻪ "اﳌﻨﺘﻘﻰ ﰲ ﺷﺮف اﳌﺼﻄﻔﻰ "ﳌﺎ ﺗﻜﻠﻢ ﻋﻠﻰ اﳉﻬﺔ وﻗﺮر ﻧﻔﻴَﻬﺎ ﻗﺎل :وﳍﺬا أﺷﺎر ﻣﺎﻟﻚ رﲪﻪ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﰲ ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ" :ﻻ ﺗﻔﻀﻠﻮﱐ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﱴ"، ﻓﻘﺎل ﻣﺎﻟﻚ :إﳕﺎ ﺧﺺ ﻳﻮﻧﺲ ﻟﻠﺘﻨﺒﻴﻪ ﻋﻠﻰ اﻟﺘﻨﺰﻳﻪ ﻷﻧﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ رﻓﻊ إﱃ اﻟﻌﺮش وﻳﻮﻧﺲ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺴﻼم ﻫﺒﻂ إﱃ ﻗﺎﻣﻮس اﻟﺒﺤﺮ وﻧﺴﺒﺘﻬﻤﺎ ﻣﻊ ذﻟﻚ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ اﳉﻬﺔ إﱃ اﳊّﻖ ﺟﻞ ﺟﻼﻟﻪ ﻧﺴﺒﺔ واﺣﺪة، وﻟﻮ ﻛﺎن اﻟﻔﻀﻞ ﺑﺎﳌﻜﺎن ﻟﻜﺎن  . ﰒ أﺧﺬ اﻹﻣﺎم ﻧﺎﺻﺮ اﻟﺪﻳﻦ ﻳﺒﺪي أن اﻟﻔﻀﻞ ﺑﺎﳌﻜﺎﻧﺔ ﻻ ﺑﺎﳌﻜﺎن، ﻫﻜﺬا ﻧﻘﻠﻪ اﻟﺴﺒﻜﻲ ﰲ رﺳﺎﻟﺔ اﻟﺮد ﻋﻠﻰ اﺑﻦ زﻓﻴﻞ" “Al-Imâm Qâdlî al-Qudlât Nashiruddin ibn al-Munayyir al-Iskandari al-Maliki dalam kitab al-Muntaqâ Fî Syaraf al-Musthafâ dalam menjelaskan ketiadaan tempat dan arah bagi Allah berkata: Bagi penjelasan penafian tempat dan arah bagi Allah ini al-Imâm Malik memberikan petunjuk dengan sabda Rasulullah: “Lâ Tufadl-dlilunî ‘Alâ Yûnus ibn Mattâ” (Jangan kalian agung-agungkan aku di atas nabi Yunus). Al-Imâm Malik berkata: “Sesungguhnya penyebutan secara khusus dengan nabi Yunus adalah untuk memberikan pemahaman kesucian Allah dari tempat, oleh karena nabi Muhammad diangkat ke arah atas hingga ke arsy sementara nabi Yunus diturunkan ke arah bawah hingga ke kedalaman lautan, namun demikian arah keduanya sama saja bagi Allah (artinya dua arah tersebut salah satunya tidak lebih utama dari lainnya, dan nabi Muhammad dan nabi Yunus sama-sama seorang nabi Allah). Seandainya keutamaan itu semata-mata dengan tempat dan arah maka tentu nabi Muhammad lebih dekat -dari segi jarak- kepada Allah daripada nabi Yunus, dan tentunya Rasulullah tidak akan melarang kita melebih-lebihkan beliau di atas nabi Yunus. Kemudian al-Imâm Nashiruddin menjelaskan bahwa keutamaan itu adalah dengan derajat, bukan dengan tempat. Demikianlah penjelasan yang telah dikutip oleh al-Imâm as-Subki dalam Risâlah ar-Radd ‘Alâibn Zafîl”50.
Ibn Zafil yang dimaksud dalam risalah al-Imâm as-Subki di atas adalah Ibn Qayyim alJawziyyah; seorang ahli bid’ah, murid dari Ibn Taimiyah al-Mujassim; seorang sesat yang telah mengambil kesesatan dan kekufuran para filosof yang mengatakan bahwa jenis alam ini tidak memiliki permulaan. Apa yang diyakini oleh Ibn Taimiyah ini adalah jelas kufur sebagaimana telah disepakati (ijma’) oleh seluruh orang Islam seperti yang disebutkan oleh al-Imâm Badruddin az-Zarkasyi dalam kitab Tasynîf al-Masâmi’. Al-Mufassiral-Qurthubi dalam kitab tafsirnya menuliskan sebagai berikut:
50 Ithaf as Sadah al Muttaqin, j. 2, h.105
Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat &Tanpa Arah
42
"ﻗﺎل أﺑﻮ اﳌﻌﺎﱄ :ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ" :ﻻ ﺗﻔّﻀﻠﻮﱐ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﱴ "اﳌﻌﲎ ﻓﺈﱐ ﱂ أﻛﻦ وأﻧﺎ ﰲ ﺳﺪرة اﳌﻨﺘﻬﻰ ﺑﺄﻗﺮب إﱃ اﷲ ﻣﻨﻪ وﻫﻮ ﰲ ﻗﻌﺮ اﻟﺒﺤﺮ ﰲ ﺑﻄﻦ اﳊﻮت، وﻫﺬا ﻳﺪل ﻋﻠﻰ أن اﻟﺒﺎرىءَ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ وﺗﻌﺎﱃ ﻟﻴﺲ ﰲ ﺟﻬﺔ" “Abul Ma’ali berkata: Sabda Rasulullah: “Lâ Tufadl-lilunî ‘Alâ Yûnus ibn Mattâ” mengandung makna bahwa saya (Nabi Muhammad) diangkat ke arah Sidrah al-Muntaha bukan berarti lebih dekat dari segi jarak kepada Allah dari pada Nabi Yunus yang berada di dasar lautan dalam perut ikan. Ini menunjukan bahwa Allah ada tanpa arah dan tempat”51. ﴾﴾ 5 ﴿ ﴿ Al-‘Allâmah al-Muhadditsal-FaqîhAbdullah al-Harari berkata: "وﳑﺎاﺳﺘﺪلﺑﻪأﻫﻞاﻟﺴﻨﺔﻋﻠﻰأناﻟﻌﺮوجﺑﺎﻟﻨﱯإﱃذﻟﻚاﳌﺴﺘﻮىاﻟﺬيﳌﺎوﺻﻞإﻟﻴﻪﲰﻊﻛﻼماﷲﱂﻳﻜﻦ ﻷناﷲﺗﻌﺎﱃﻣﺘﺤﻴﺰﰲﺗﻠﻚاﳉﻬﺔ؛أنﻣﻮﺳﻰﱂﻳﺴﻤﻊﻛﻼﻣﻪوﻫﻮﻋﺎرجﰲاﻟﺴﻤﻮاتإﱃﳏﻞﻛﺎﶈﻞاﻟﺬي وﺻﻞ إﻟﻴﻪاﻟﺮﺳﻮل ﳏﻤﺪ،ﺑﻞﲰﻊوﻫﻮﰲاﻟﻄﻮر،واﻟﻄﻮرﻣﻦﻫﺬااﻷرض،ﻓﻴﻌﻠﻢﻣﻦﻫﺬاأناﷲﻣ ﻮﺟﻮدﺑﻼ ﻣﻜﺎن،وأنﲰﺎعﻛﻼﻣﻪﻟﻴﺲﻣﺸﺮوﻃﺎﺑﺎﳌﻜﺎن،وأنﺻﻔﺎﺗﻪﻟﻴﺴﺖﻣﺘﺤﻴﺰةﺑﺎﳌﻜﺎن؛ﺟﻌﻞﲰﺎعﳏﻤﺪﻟﻜﻼﻣﻪ اﻷزﱄاﻷﺑﺪيﰲوﻗﺖﻛﺎنﻓﻴﻪﳏﻤﺪﰲﻣﺴﺘﻮىﻓﻮقاﻟﺴﻮاتاﻟﺴﺒﻊﺣﻴﺚﻳﻌﻠﻢاﷲ،وﻣﻮﺳﻰﻛﺎنﲰﺎﻋﻪﰲ اﻟﻄﻮر، وإن ﻧﺒﻴﻨﺎ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺻﺎر ﻣﺸﺮﻓﺎ ﲜﻤﻴﻊ أﻗﺴﺎم اﻟﺘﻜﻠﻴﻢ اﻹﳍﻲ اﳌﺬﻛﻮر ﰲ ﺗﻠﻚ اﻵﻳﺔ، وﱂ ﳚﺘﻤﻊﻫﺬا ﻟﻨﱯﺳﻮاﻩ." “Di antara yang dijadikan dalil oleh Ahlussunnah bahwa mi’raj-nya Rasulullah ke arah atas hingga hingga ke ketinggian di mana Rasulullah mendengan Kalam Allah (yang bukan huruf, suara dan bahasa) bahwa Allah tidak bertempat pada arah tersebut; adalah bahwa Nabi Musa juga mendengar Kalam Allah (yang bukan huruf, suara dan bahasa) sebagaimana Nabi Muhammad, tapi Nabi Musa bukan berada pada tempat yang tinggi sebagaimana Nabi Muhammad, ia berada di Tursina, dan Tursina berada di bumi ini. Dari sini menjadi jelas bahwa Allah ada tanpa tempat. Mendengar terhadap Kalam Allah (yang bukan huruf, suara dan bahasa) tidak haruskan bahwa Allah sendiri berada pada tempat dan arah. Sifat-sifat Allah tidak berada pada tempat. Allah telah berkehendak pada azal untuk memperdengarkan Kalam-Nya (yang bukan huruf, suara, dan bahasa) terhadap Nabi Muhammad ketika Nabi Muhammad berada pada suatu tempat yang tinggi (yaitu ketika Mi’raj), demikian pula Allah telah berkehendak pada azal untuk memperdengarkan Kalam-Nya (yang bukan huruf, suara, dan bahasa) terhadap Nabi Musa ketika Nabi Musa berada di Tusina (karena itulah keduanya digelar dengan Kalîmullah). Hanya saja Nabi Muhammad memiliki keistimewaan dengan segala macam
51 Al Jami’ Li Ahkam al-Qur’an, j. 11, h. 333-334, dan j. 15, h. 124
Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat &Tanpa Arah
43
“Taklîm Ilâhiy” sebagaimana disebutkan dalam ayat; yang sifat istimewa ini tidak dimiliki oleh seorang-pun dari para Nabi Allah”52. ﴾﴾ 6 ﴿ ﴿ Dalam Hadits Shahih riwayatal-ImâmMuslim dari Anad ibn Malik: "أن اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ اﺳﺘﺴﻘﻰ ﻓﺄﺷﺎر ﺑﻈﻬﺮ َﻛﱠﻔْﻴﻪ إﱃ اﻟﺴﻤﺎء" Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saat berdoa meminta hujan (istisqâ’) maka beliau berisyarat dengan punggung kedua telapak tangannya ke arah langit (di dalam berdoa)53. Artinya, Rasulullah menjadikan kedua telapak tangannya dalam berdoa menghadap ke arah bumi, bukan ke arah langit. Ini memberikan pemahaman bahwa Allah yang diminta dalam berdoa tidak berada di arah langit, sebagaimana Dia juga tidak berada di arah bumi.

0 comments:

Post a Comment